Tradisi Menembak Bulan: Tanda Awal Ramadhan di Kesultanan Buton

    Tradisi Menembak Bulan: Tanda Awal Ramadhan di Kesultanan Buton
    Meriam Yang Berada Dibenteng Kesultanan Buton

    Tampaknya "menembak bulan" perlu dilakukan lagi.

    Oleh: DR. Amirudin Rahim, M.Hum

    BAUBAU - Sejak 1960-an, Kesultanan Buton bergabung ke dalam NKRI. Praktis semua perangkat kesultanan tidak lagi memiliki hak kekuasaan secara luas dan hanya menjadi semacam otonomi khusus yang terbatas. Namun, budaya islami telah berakar di dalam kehidupan dan budaya masyarakat Buton. 

    Rumah tempat tinggal kami berada di kaki benteng Keraton Buton. Benteng Keraton sendiri sebagai pusat pemerintahan dan ibukota kesultanan memang berada di atas bukit yang tinggi. Benteng itu dekat dengan langit, sedangkan kampung kami mendekat ke pantai, bahkan pantai itulah sebenarnya kediaman kami.

    Dengan posisinya yang tinggi dan berada di ketinggian, maka sangat strategis untuk memantau terbitnya hilal di awal bulan kalender Hijriyah. Dari atas ketinggian itulah, para ulama Buton melakukan sidang itsbat lalu mengumumkan awal Ramadhan untuk berpuasa besoknya. 

    Yang unik adalah cara pengumumannya, yaitu dengan membunyikan tembakan meriam beberapa kali sebagai isyarat 1 Ramadhan. Bunyi tembakan menggelegar dan menjangkau pelosok daratan Buton yg mampu dijangkaunya. Masyarakat yang mendengar tembakan meriam akan mengatakan, "Bulan sudah ditembak, puasa dimulai besok".

    Bunyi tembakan meriam yang dipahami sebagai menembak bulan dan dimaknai sebagai 1 Ramadhan itu terekam sebagai diksi budaya dan kekentalan nuansa keislaman di negeri Adik Mekah itu. 

    Seiring berjalannya waktu, tradisi menembak bulan tidak berlanjut dan bunyi tembakan meriam hilang tak terdengar lagi. Kini, orang-orang Buton menerima informasi 1 Ramadhan dari Pemerintah NKRI c.q. Menag RI yang diawali dengan meneropong hilal.

    Jika dulu di Buton tidak ada perbedaan awal Ramadhan di tengah masyarakat hanya dengan mendengar suara dentuman meriam. Namun, kini di NKRI hampir setiap awal Ramadhan selalu terjadi perbedaan. 

    Tampaknya "menembak bulan" perlu dilakukan lagi. 

    Mungkin segini dulu cerita awal Ramadhan pada masa Kesultanan Buton. Semoga jadi pengingat akan episode sejarah masa lalu. 

    Selamat memasuki bulan Ramadhan. Selamat berpuasa, semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang bertaqwa. Amin.

    Budaya Buton Baubau Sultra
    HARIANTO

    HARIANTO

    Artikel Sebelumnya

    Polemik Selter Sekda Busel Terus Bergulir,...

    Artikel Berikutnya

    Jadi Kegiatan Rutin, Karlina Sukarman Berbagi

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Wilson Lalengke:  Disomasi Hendry Bangun, Dewan Kehormatan PWI Semakin Tidak Terhormat
    Implementasikan Loker Otomatis, Universitas Mercu Buana Laksanakan PKM di PKBM Wiyata Utama Kembangan Utara
    Sebut Penggelapan Dana Bantuan BUMN Rp. 2,9 Milyar Fitnah dan Plintiran, Jusuf Rizal Tertawakan Hendry Ch Bangun
    Datuak Parpatiah: Alam Takambang Jadi Guru
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi

    Ikuti Kami